
Dikisahkan pada suatu hari, imam as-Syafi’i r.a. bertamu ke kediamannya imam ibnu Hanbal. Setelah selesai makan malam, kemudian imam as-Syafi’i langsung menuju kamarnya untuk tidur. Keesokan harinya, putri dari ibnu Hanbal yang ternyata melihat gerak-gerik imam as-Syafi’i mengadu kepada ayahnya untuk melaporkan apa yang ia lihat dari imam as-Syafi’i selama bertamu di sana.
“Wahai Ayahanda, apakah ini yang namanya imam as-Syafi’i yang mana engkau berbicara tentangnya bahwa ia adalah orang yang begini dan begitu?”
“Ya, dialah orangnya wahai anakku,” jawab imam ibn Hanbal, Kemudian berkata lagi putri imam ibnu Hanbal:
“Wahai Ayah, aku telah mengamatinya atas tiga perkara tentangnya. Pertama, semalam ketika makan, ia makan dengan sangat banyak. Kedua, ketika masuk kamar, aku belum melihat ia mendirikan sholat malam. Dan yang terakhir, ketika ia melaksanakan sholat subuh tadi pagi, ia sholat dengan tanpa berwudhu.”
Setelah mendengarkan pengakuan dari putrinya, imam ibn Hanbal pun lansung menemui imam as-Syafi’i untuk memastikan apakah apa yang dikatakan oleh putrinya itu benar.
Imam as-Syafi’i pun menjawab:
“Wahai guru, pertama, aku makan banyak karena aku tahu bahwa makananmu adalah makanan halal, dan engkau pun adalah orang yang dermawan, engkau pun tahu bahwa makanan orang yang dermawan adalah obat, sedangkan makanan orang yang pelit adalah penyakit.”
“Kedua, ketika aku tidak mendirikan sholat malam, itu karena ketika aku hendak meletakkan kepalaku seakan-akan terpampang dihadapanku al-Kitab (al-Qur’an) dan Hadist. Kemudian Allah pun membukakan dihapanku tujuh puluh dua masalah ilmu fiqih tentang islam. Aku pun ingin menyelesaikan masalah tersebut agar bisa memberikan kemanfaatan bagi orang-orang Isla, maka terdapat keringanan untuk tidak mendirikan sholat malam. Dan yang terakhir, di mana aku sholat shubuh tanpa berwudhu’ karena sungguh demi Allah tidaklah tertidur kedua mataku sampai aku harus memperbarui wudhuku, karena sungguh semalaman aku tidak tertidur, maka aku pun melaksanakan sholat shubuh dengan menggunakan wudhu sholat isya’.” (Anisul Mu’minin 80)
الْحِكَايَةُ الْأُوْلَى فِى مَسْئَلَةِ سُنِيَةِ إِدَامَةِ اْلوُضُوْءِ
إِنَّ الْأِمَامِ الشَّافِعِيّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ زَارَا اْلإِمَامَ أَحْمَدَ بْنَ حَنْبَلٍ ذَاتَ يَوْمٍ فِيْ دَارِهِ, وَبَعْدَ مَا تَنَاوَلَا طَعَامَ اْلعَشَاءِ سَوِيَّةً نَامَ اْلإِمَامُ الشَّافِعِيّ فِي غُرْفَتِهِ، وَفِي الصَّبَاحِ قَالَتْ بِنْتُ اْلإِمَامِ أَحْمَدَ لِأَبِيْهَا: يَا أَبَتَاهْ أَهَذَا هُوَ الشَّافِعِيّ الَّذِي كُنْتَ تَحَدَّثْتَ عَنْهُ؟ قَالَ لَهَا: نَعَمْ , يَاابْنَتِي، قَالَتْ لَهُ: لَقَدْ لَاحَظْتُ عَلَيْهِ ثَلَاثَةَ أٌمٌوْرٍ: أَنَّهُ عِنْدَمَا قَدِمْنَا لَهُ عِنْدَمَا الطَّعَامَ أَكَلَ كَثِيْرًا, وَعِنْدَ مَا دَخَلَ اْلغُرْفَةَ لَمْ يَقُمْ لِيُصَلِّي قِيَامَ اللَّيْلِ, وَعِنْدَمَا صَلَّى بِنَا اْلفَجْرَ صَلَّى مِنْ غَيْرِأَنْ يَتَوَضَأَ, وَإِذًا بِالْإِمَامِ أَحْمَدَ يُوَجِهُ اْلإِمَاِم الشَّافِعِي بِالْمُلَاحَظَاتِ الثَّلَاثِ، فَإذَ بِااشَّفِعِيْ يَرُدُّ عَلَى الْإِمَامِ أَحْمَدَ فَيَقُوْلُ لَهُ: يَا أَحْمَدَ، لَقَدْ أَكَلْتُ كَثِيْرًا لِأَنَّنِيْ أَعْلَمُ أَنَّ طَعَامَكَ مِنْ حَلَالٍ، وَأَنَّكَ كَرِيْمٌ وَطَعَامُ الْكَرِيْمِ دَوَاءٌ وَطَعَامٌ الْبَخِيْلِ دَاءٌ، وَمَا أَكَلْتُ لِأَشْبَعَ وَإِنَّمَا أَكَلْتُ لِأَتَدَاوِى بِطَعَامِكَ، وَأَمَّا أنَّنِيْ لَمْ أَقُمْ اللَّيْلَ فَلِأَنَّنِيْ عِنْدَمَا وَضَعْتُ رَأْسِي لِأَنَامَ نَظَرْتُ كَأَنَّ أَمَامِي الْكِتَابَ وَالسُّنَةَ، فَفَتَحَ الله عَلَيَّ بِاثْنَيْنِ وَسَبْعِيْنَ مَسْأَلَةً مِنْ عُلُوْمِ الْفِقْهِ الْإِسْلَامِي أَرَدْتُ أَنْ أَنْفَعَ بِهَا الْمُسْلِمِيْنَ، فَلَمْ يَكُنْ هُنَاكَ فُرْصَةٌ لِقِيَامِ اللَّيْلِ، وَأَمَّا أَنَّنِي صَلَيْتُ بِكُمْ الْفَجْرَبِغَيْرِ وُضُوْءٍ فَوَالله مَا نَامَتْ عَيْنِي حَتَّى أُجَدِّدَ الْوُضُوْءَ، لَقَدْ بَقِيْتُ طُوْلَ اللَّيْلِ يَقْظَانًا، فَصَلَّيْتُ بِكُمْ الْفَجْرِ بِوُضُوْءِ الْعِشَاءِ. (أنيس المؤمنين ٨٠ )
Ditunggu Artikel-artikel selanjutnya kk
BalasHapus