Amar Ma’ruf Nahi Munkar
“Kehormatan itu berasal dari diri kita sendiri. Aji
ning diri soko lathi, aji ning rogo soko busono, kehormatan diri itu dilihat
dari hati, sedangkan kehormatan raga itu dilihat dari pakaiannya,” ucap pejabat
tersebut. “Kehormatan?” ucap Mujib disertai senyum getir yang diikuti dua
temannya Sandi dan Jebod.
Dipenghujung acara, MC membuka sesi pertanyaan, dengan sigap sandi mengangkat tangan bersiap untuk bertanya “Pak Hasan, saya ingin betanya bagaimana cara Anda mendapat jabatan Anda saat ini, karena saya sering melihat seseorang yang mendapat jabatan dari cara yang sama sekali tidak mencerminkan sebuah kehormatan, dan saya harap bapak tidak termasuk orang tersebut,” ucap Sandi dengan tegas. Pak Hasan tersenyum. “Prestasi, pencapaian, kerja keras dan tekad yang kuat, semua itulah yang menjadikan saya bisa berdiri disini.” “Kurang satu pak! Orang dalam,” celetukan Jebod membuat Pak Hasan menurunkan senyumnya. Atmosfer ruangan seketika menjadi tegang dan hening. Pak Hasan membela diri, “Menuduh tanpa bukti itu namanya fitnah, dan itu merupakan erilaku yang harus kita hindari.” Jebod kembali menimpali, “Bukti? Itu sederhana, kalau dilihat dari prestasi dan pencapaian Pak Burhan lebih dari bapak, tapi kok bapak yang terpilih.” Mujib tidak memberi jeda sedikitpun, “Kita bertetangga pak, semua tetangga kita juga tahu kalau paman bapak memegang jabatan penting disitu!”
Merasa acara tidak kondusif panitia menyuruh mereka
bertiga agar segera meninggalkan ruangan, tanpa disuruh dua kali mereka
bergegas meninggalkan ruangan, sampai diambang pintu Mujib behenti sejenak dan
berucap, “Seseorang yang menopaki jalan kehinaan, tak pantas berbicara soal
kehormatan.” Sandi pun menimpali, “Amar ma’ruf kok sambil munkar.”
Oleh: Made In Dewek sn
Komentar
Posting Komentar