Rindu Sang Santri

 



      Pagi cerah langit membiru udara yang segar sinar matahari yang hangat. Teringin rasanya menikmati pagi ini dengan rasa syukur dan ta’dzim atas indahnya rahmat yang telah Tuhan berikan. Tapi apakah bisa semua ini dapat menenangkan hati yang sedang bimbang khawatir dan bingung saat mengingat, kepanikan dan ketakutan para manusia, dikarenakan dampak dari virus Covid-19 yang kini sedang melanda dibumi yang kucintai. Rasa rindu, cemas dan kalut tidak bisa dihindarkan lagi hanya doa dan ikhtiar yang bisa kulakukan untuk orang tua dan sanak saudara dikampung halaman. Berharap agar mereka semua dilindungi dan dijauhkan dari mara bahaya dan malapetaka. 

            Jam menunjukkan pukul  06.30 WIB, waktunya menjalankan aktifitas. “Baiklah saya hanya bisa pasrah ku serahkan semuanya kepada engkau Tuhan yang Maha Esa” batinku. 10 menit berlalu saya sudah siap untuk berangkat menuju kesekolah, dikarenakan berada didalam pondok pesantren, sekolah tidak bisa daring, soalnya dilarang keras membawa handphone, aiped, atau semacamnya.

            Sekarang sekolah menjadi lebih singkat. Proses belajar mengajar yang biasanya 5 jam disingkat menjadi 3 jam perhari, dan yang biasanya memakai seragam lengkap berganti hanya atasnya saja yang berseragam bawahnnya bersarung. Tapi kalo dipikir-pikir sangat menguntungkan juga. Jadi apapun yang terjadi ambil manfaatnya saja.

            “Kringgg...” bel pelajaran pertama berbunyi semua siswa dan siswi memasuki kelasnya masing-masing termsuk saya. Tidak lama kemudian Pak guru dengan mata pelajaran agama memasuki kelas saya, dengan intro assalamualaikum dan diikuti oleh jawaban para siswa. Beliau lalu membuka pertanyaan bebas.

            “Pak saya mau tanya” ucapku langsung bertanya.

            “Tanya apa Rendi?” jawab beliau.

            “Jadi gini pak, masalah nasib. Sekarang kita lagi digemparkan dengan yang namanya virus Corona-19. Bisa dibilang kalo sesuatu yang meresahan itu nasib yang condongnya buruk. Apakah semua itu datangnya dari Allah SWT. atau memang dari kita sendiri. Dan apakah dengan musibah ini menandakan bahwa Allah SWT. Marah kepada makhluknya?” ucapku telah selesai.

            Seketika itu pak guru diam sejenak seperti sedang memikirkan sesuatu, sehingga membuat satu kelas menghidupkan mode hening. Saya yang dari tadi menunggu ucapan Pak guru tersenyum ketika beliau sudah mulai membuka mulutnya yang menandakan awal dari ucapan yang akan menjawab pertanyaan tadi. Dimulai dengan nafas panjang.

            “Jadi gini Rendi, saya akan menjawab pertanyaannya nak Rendi menjadi 2 bagian yang keduanya saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Dan yang pertama, nasib. Bisa kita artikan dengan sebutan takdir atau ketentuan dari Allah SWT. Takdir tersebut sudah ada sebelum terciptanya alam semesta entah itu takdir baik atau takdir buruk. Semuanya telah diatur. Nah, mungkin masalah Covid-19 itu sudah takdir dari Allah SWT yang Maha Pencipta. Yang kedua. Apakah Covid-19 adalah tanda bahwa Allah SWT. Marah kepada kita. Jawabannya tidak, sesungguhnya Allah SWT itu sayang kepada mahkluknya. Allah SWT hanya tidak tega jika kita hambanya akan menempati Neraka Jahannam kelak. Dikarenakan hamba yang selalu berbuat maksiat kepada Allah SWT. Sehingga hambanya lupa siapa yang menciptakannya, lupa siapa sesungguhnya Tuhan yang hak disembah. Seketika itu seorang hambapun tidak takut dengan tuhannya. Na’udzubillahi mindzalik.

Dan Allah SWT memberi sedikit peringatan maka gemparlah dunia karena itu. Dengan alasan agar seorang hamba kembali kepada Allah SWT. Sungguh engkau yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” Jelas Pak guru.

            “Jadi gimana nak Rendi, apakah pertanyaan anda sudah Bapak jawab?” penjelasan Pak guru.

            “Iya Pak, terima kasih” ucapku.

            Engkau memang Maha Pemurah  lagi Maha Penyayang ya Allah, engkau tidak pernah membiasakan hambamu terjerumuskan menuju Api Neraka. Tetapi engkau selalu menunjukkan jalan menuju kebaikan jalan yang membuat kami bahagia dunia dan akhirat. Sungguh engkau adalah Tuhan yang hak di sembah.

asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrosulullah

 

“Apabila suatu pohon sudah mulai mengering, maka rapuhlah pohon tersebut jika yang rapuh tadi masih memikul beban sungguh tega sekali seseorang yang melihatnya karena hakikatnya pohon tersebut tidak ada pilihan agar bisa melindungi pohon dibawahnya.”

Oleh:Makl

Komentar

Terpopuler

Samudra X JKM 24

Aku Tak Ingin Menyerah

Khidmah, Cara Santri Memperoleh Barokah

Hujan Dan Langit