Ketika Kemajuan Adalah Kemunduran

               

                 Manusia, makhluk Tuhan yang diberi keistimewaan dari makhluk-makhluk lainnya yakni akal. Manusia adalah hewan yang memiliki akal. Manusia akan menggunakan akalnya untuk menjabarkan, memahami dan mendeskripsikan. Sekarang kita hidup, bernafas, di masa semua serba cepat, di masa banyak sekali penemuan-penemuan baru. Itu semua karena manusia telah menyerahkan semua kemampuan akalnya. Coba kita lihat dinegara-negara maju, mereka telah maju dalam banyak bidang, transportasi, komunikasi, ekonomi dan lain-lain. Antara negara maju saling berlomba-lomba memunculkan penemuan-penemuan baru.

                Manusia akan terus berkembang sesuai berjalannya waktu. Dahulu kala manusia ketika akan bertukar kabar mereka akan menggunakan surat sebagai medianya. Lebih dulu lagi, pada zaman nabi Nuh, saat nabi khawatir tentang nasib umatnya yang terus berada diatas perahu, sementara ketersediaan makanan mulai menipis, akhirnya nabi Nuh menyuruh burung merpati untuk mencari informasi tentang tempat mana yang tersedia makanan. Inilah mukjizat nabi Nuh, nabi yang bisa berinteraksi dan memahami bahasa binatang. Setelah itu akhirnya merpati tadi terbang ke langit, dan ternyata sia-sia, burung merpati tadi hanya mendapati daun dan ranting pohon zaitun yang muncul kepermukaan air. Ranting itu pun akhirnya dipatuk dan dibawa ke kapal. Dari kejadian yang dialami burung merpati tadi nabi Nuh menarik kesimpulan yakni air banjir mulai surut walaupun permukaan bumi masih tertutup air. Kabar inilah yang disampaikan nabi Nuh kepada umatnya yang setia dan menuruti perintah nabinya untuk menaiki kapal.

                Berdasarkan kejadian tadi para ahli sejarah menisbatkan nabi Nuh sebagai seorang pencari berita dan penyiar kabar pertama kali di muka bumi, atau biasa kita sebut wartawan. Dan kantor berita pertama kali dimuka bumi berada dikapal nabi Nuh.

                Sedangkan jika kita melihat pada peradaban modern, dimulai pada zaman romawi yaitu pada zaman firaun Amonthotep3 mengabarkan pesan kepada perwiranya. Lanjut di zaman romawi pula pada era raja Julius Cesar 60 sm, memberikan keputusan-keputusan hasil rapat senat kepada rakyatnya yang ditulis di papan tulis yang disebut actadiuma diletakkan di Fonem Rumanium (sejenis stadion di zaman romawi) agar mudah dilihat dan dibaca oleh khalayak umum. Dari actadiurma tersebut merupakan cikal bakal surat kabar. Hingga pada zaman sekarang dilanjutkan oleh Joseph Pulitzer.

                Itulah perjalanan panjang proses terjadinya manusia saling memberi dan bertukar informasi. Hingga  pada saat ini, detik ini kita ketika akan saling memberi kabar, menanyakan kabar sangat cepat dan mudah dilakukan tinggal membuka whatsapp tulis, kirim selesai, tidak perlu menunggu lama, kita akan mendapatkan balasannya. Berbeda dengan ketika zaman dulu yang begitu banyak perjuangan untuk saling bertukar kabar. Pertama menuliskan surat, lalu dikirimkan pada kantor pos kemudian oleh petugas diantarkan ke alamat penerima belum lagi nanti menunggu balasan yang begitu memakan waktu.

Tidak hanya bertukar kabar, saling mengetahui informasi, sekarang ketika kita kangen, ingin bertemu face to face dengan seseorang sangat mudah sekali tidak perlu mendatangi jauh-jauh, tidak perlu capek-capek tinggal foto cekrek, kirim dengan cepat foto bisa dilihat dengan orang yang kita tuju. Dari sini media tadi berfungsi mendekatkan yang jauh.  Orang  yang berbeda daerah bahkan berbeda negara sekalipun bisa tetap saling bertukar kabar dan informasi terupdate.

Selain itu ketika dunia sedang terkena virus covid 19, aktivitas manusia hamir banyak menggunakan media virtual seperti jual beli online. Agar tidak terjadi kerumunan dan menghindari kontak langsung dengan orang-orang. Masyarakat lebih memilih belanja online untuk mencegah penyebaran virus corona, dan juga pembayarannya dilakukan dengan via ATM. Kemudian kegiatan belajar mengajar di seluruh indonesia bahkan di seluruh dunia menggunakan daring (dalam jaringan). Siswa dan guru tidak perlu berangkat ke lokal belajar hanya saja mereka tetap berseragam seperti biasanya. Tapi disamping itu para siswa sedikit mengeluhkan karena pelajaran yang diterima kurang maksimal bisa dipahami belum lagi masalah jaringan yang tidak bisa masuk kedesa-desa juga masalah paketan yang....

Bahkan didunia pemerintahan sekalipun ketika mereka akan melakukan rapat, mereka menggunakan virtual juga.

                Kita lihat ketika orang-orang terdahulu ingin mengetahui kabar-kabar terkini mereka akan mencari koran-koran sebagai sumber informasi paling dinanti-nanti kala itu. Selain karena ada radio. Teringat pada tahun 45 suara lantang Soekarno yang menggebu-gebu menyuarakan kekalahan jepang terdengar lantang didengarkan seluru rakyat indonesia melalui radio.

                Kita lihat di abad dua puluh ini, ketika peradaban manusia sudah berada dipuncak langit, informasi-informasi sangat mudah didapatkan tidak perlu repot-repot kita mendatangi sumber informasi. Tapi informasi akan mendatangi kita. Abad dengan masyarakat yang tak pernah lepas dari dunia maya dan media sosial.

                Di media sosial informasi sangat mudah sekali kita konsumsi tapi disamping itu kita harus pintar-pintar dalam bermedia sosial. Karena disana banyak juga informasi yang belum tentu benar atau bahkan berita palsu dan mengada-ngada atau istilah zaman sekarang adalah hoax. Ketidaklanjutan media, wartawan-wartawan, para jurnalis dalam menyuguhkan info membuat masyarakat merasa khawatir. Disinilah perlunya kita untuk menelusuri dari mana informasi itu berasal, apakah dari sumber yang terpercaya atau tidak.

                Media sosial adalah akses untuk mendekatkan sesuatu yang jauh dan menjauhkan sesuatu yang dekat. Kita ambil contoh, orang yang berbeda daerah, berbeda provinsi bahkan negara sekalipun bisa tetap saling bertukar kabar. Kita yang hidup di negara indonesia bisa mengetahui keadaan dan berita-berita terhangatdi negara lain dengan sangat-sangat mudah tidak perlu repot-repot pergi ke negara itu. Tapi disamping itu media sosial bisa menjauhkan yang dekat. Coba perhatikan anak muda zaman sekarang ketika berkumpul bersama teman tidak sedikit dari mereka malah asik memainkan androidnya sendiri-sendiri.

                “Katanya kumpul, tapi kok asik main hp sendiri-sendiri.” Itu adalah pemandangan yang sangat tidak enak dilihat, reunian hanya datang, makan, photo cekrek, upload, pulang. Bahkan ada hal yang lebih miris, yaitu ketika anak-anak dibawah umur sudah pandai menscrool youtube, mengotak-atik keyboard. Disatu sisi mungkin kita harus bangga karena adanya kemajuanpada jiwa manusia, masih kecil sudah bisa mengoperasikan android. Tapi mungkin kita juga harus menangis karena ketika anak-anak tadi sudah menikmati dunia android mereka akan melupakan bahkan meninggalkan dunia kanak-kanaknya. Dulu anak kecil bukan kok lihat tontonan orkes monyet. Bukan kok tertawa dengan layar android tapi tertawa bersama teman-temannya. Bukan kok mengejar level permainan tapi mengejar lawan untuk dikalahkan dalam permainan gobak sodor. Bukan kok mengisi daya android tapi mengisi perut untuk kuat bermain. Selain itu kebiasaan-kebiasaan, bahasa-bahasa mereka akan menirukan apa yang mereka tonton, bahkan takutnya menghilangkan bahasa-bahasa daerah yang sekarang pun mulai hampir punah. Tontonan-tontonan yang disajikan sangat banyak yang kurang mengedukasi penontonnya sendiri.

Seharusnya tontonan adalah tuntunan lewat tontonan bisa membuka kreatif dan motivasi baru. Ketika anak kecil melihat tontonan yang tidak mendidik, tontonan yang kurang layak dipertontonkan mereka akan dengan cepat menirukannya. Karena mereka sedang dalam masa aktif menirukan sesuatu. Di media sosial banyak sekali hiburan-hiburan yang dengan mudah diakses menjadikan tingkat baca masyarakat menurun. Netizen sekarang lebih suka menonton you tube, scroll instagram, stalking di face book, gosip di whatsapp, bersuka ria di tiktok. Minat baca terhadap berita berkurang. Dari sana menunjukkan bahwa minat baca masyarakat indonesia telah meredup bahkan berdasarkan studi yang digelar oleh “Most Littered Nation in the World” tingkat literasi indonesia diperingkat 60 dari 61 negara. Padahal yang namanya membaca merupakan jendela dunia dan buku adalah gudangnya ilmu.  





























Komentar

Terpopuler

Samudra X JKM 24

Aku Tak Ingin Menyerah

Khidmah, Cara Santri Memperoleh Barokah

Hujan Dan Langit